.:: CATATAN ADAB (6) ::.
*Catatan ini secara berkala akan diisi oleh Ust Masykur Suyuthi, Lc, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Hidayatullah Balikpapan*
-:: Tangga Ilmu ::-
Dalam banyak pekerjaan, manusia seringkali membutuhkan tangga. Ada tangga dipakai untuk memetik buah yang tinggi di pohonnya. Ada juga yang digunakan untuk turun ke sumur yang dalam.
Dikisahkan, Firaun juga menaiki tangga di masa sombongnya yang melampaui batas. Diktator Mesir itu sengaja membuat tangga menjulang sangat tinggi. Sekadar ingin menengok Tuhan Nabi Musa di atas langit. Konon ia ingin berjumpa secara langsung.
Sebagai benda yang diciptakan, tangga bisa jadi simbol kepintaran akal manusia. Mampu memproduksi alat atau perangkat yang memudahkan setiap pekerjaannya. Berbagai tipe, model hingga jenis serta bahan lalu dibikinnya. Semua dengan keunikannya yang canggih.
Di sisi lain, tangga juga merupakan lambang keterbatasan manusia. Adanya anak tangga yang bersusun, menandakan manusia harus bertahap dalam melangkah dan meraih keinginannya. Sehebat apapun rencana dan sekuat bagaimanapun tekadnya, proses yang step by step adalah sunnatullah yang niscaya dilalui.
Sama halnya dengan ilmu, seorang pembelajar atau thalibul ilmi membutuhkan anak tangga untuk mengantarnya menjejak kemuliaan bersama ilmu. Bisa ratusan atau mungkin hingga ribuan anak tangga yang mesti disabarinya satu persatu. Kadang terjatuh. Itupun biasa. Asal segera bangkit kembali.
Janji mulia bersama ilmu hendaknya membuatnya menjadi pelajar yang sabar. Bukan justru tergesa-gesa. Apalagi sampai melampaui batas. Ilmu yang memuliakan harus diraih dengan cara yang benar. Ilmu itu mulia. Menggapainya tentu dengan cara mulia pula.
Anak tangga ilmu ini sungguh bukan soal saya cerdas dan dia bodoh. Tidak juga karena fasilitas lengkap atau sarana mewah yang menyertai. Tapi ini soal keberkahan ilmu dan adab-adab seorang murid yang pantang digadaikan karena godaan kemilau dunia.
Jauh-jauh hari Imam Syafi’i, semoga Allah merahmati karena ilmu dan amalnya, mengingatkan kepada setiap yang ingin belajar. “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.”
Bersambung