“PENYERAPAN MATERI PELAJARAN SANGAT MINIMALIS DI MASA PANDEMI COVID-19”
Mata Kuliah Landasan pendidikan, Prof Susilo Ma’ruf
Shinta Yunitasari. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mulawarman
Pandemi Covid-19 membuat hampir semua sekolah di Indonesia yang sebelumnya melaksanakan pembelajaran tatap muka/luring menjadi pembelajaran jarak jauh atau yang disebut juga dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring banyak kendala yang dihadapi guru sebagai pendidik maupun siswa sebagai peserta didik .
Adapun salah satu permasalahan dalam pembelajaran daring adalah penyerapan materi pelajaran sangat minimalis. Berdasarkan survey Kemdikbud menyebut rata-rata siswa tidak bisa memahami pelajaran dalam kondisi kegiatan belajar jarak jauh. Siswa juga tidak berkonsentrasi secara penuh jika belajar di rumah. Nadiem dalam Evaluasi Program Penggerak Kemendikbud menyebutkan persoalan utamanya adalah persoalan memahami pelajaran, tidak ada yang bisa bertanya secara langsung, dan anak-anak kita tidak fokus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik SMP di Loa Janan pada tanggal 4 November 2021 bertepatan dengan hari pertama pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), hampir sebagian besar dari mereka menyampaikan ketidakpahaman terhadap materi yang disampaikan , tidak hanya pada satu mapel tetapi hampir di semua mapel. Mereka juga menyampaikan kejenuhan saat belajar online dan kerinduan untuk dapat belajar bersama teman-temannya di Sekolah.
Pertanyaannya: Mengapa Peserta didik mengalami kesulitan menyerap materi selama pembelajaran Daring?
Berdasarkan survey kemendikbud, bahwa ternyata di lapangan yang terjadi, guru lebih dari 87 %, atau lebih 85 %, aktivitas yang dilakukan itu masih sekedar memberikan soal. Aktivitas dengan buku teks pun bahkan posisinya hanya 50,4 % paling mudah memberi tugas dan mengumpulkannya. Dari total responden yang disurvei UNICEF dalam presepsi masyarakat terhadap covid-19 sebanyak 38%, responden mengatakan kurang mendapatkan bimbingan guru. Keterbatasan interaksi pendidik dengan peserta didik dan juga banyaknya gangguan yang muncul saat mereka belajar di rumah yang memecah konsentrasi belajar mereka juga menjadi penyebab minimnya peserta didik menyerap materi pembelajaran daring.
Lalu bagaimana solusinya?
Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran sebaiknya sehari sebelumnya sudah diberikan kepada siswa untuk dibaca terlebih dahulu. Ketika guru menjelaskan materi para murid dominan bisa lebih memahami, bila masih ada kesulitan bisa ditanyakan. Tugas yang diberikan ada batas waktu untuk mengumpulkan dan dinilai.
Materi pembelajaran memang harus dikuasai oleh seorang guru. Namun, bagaimana membantu peserta didik untuk belajar secara efektif Salah satunya adalah dengan memahami tentang karakteristik peserta didik. Motivasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya oleh Wlodkowski (dalam Suciati, 1994:41) yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Motivasi tinggi atau tidak dalam belajarnya dapat terlihat dari tiga hal: 1) kualitas keterlibatannya, 2) perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik, 3) upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki.
Seorang pendidik pada abad 21 ini perlu memahami motivasi belajar peserta didiknya dan bahkan harus selalu dapat menjadi motivator peserta didiknya, karena pada pembelajaran daring ini banyak godaan di sekeliling peserta didik seperti game pada PC, dan game online, dan film-film pada pesawat televisi ataupun lewat media massa atau sosial menjadi salah satu penyebab konsentrasi mereka terpecah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan kemitraan publik dan banyak pihak yang berkelanjutan. Dibutuhkan adanya komunikasi, kolaborasi, kerjasama, dan koordinasi yang baik. Kompetensi guru menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran daring sehingga mereka harus terus memperkaya kompetensi dan keterampilan dan didukung oleh kebijakan sekolah yang mendorong mereka terus belajar.
Pihak terkait juga perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. Beban belajar peserta didik harus logis dan terukur. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Guru tidak boleh semata-mata memberikan tugas, tetapi harus memperhitungkan secara matang. Guru tidak boleh lupa untuk mengapresiasi capaian peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam pembelajaran daring ke depan adalah adanya kurikulum yang fleksibel dan siap menghadapi pandemic. Kemendikbud kolaborasi bersama semua pihak untuk menghadirkan konten digital yang bisa mengakses ke semua baik menggunakan TV atau internet, sehingga bisa terpenuhi substansi materi wawasan dan membantu dari rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Choiroh, Nisaul. 2020. Efektifitas pembelajaran berbasis daring/E-Learning dalam pandangan siswa. (Online). https://iain-surakarta.ac.id/%EF%BB%BFefektifitas-pembelajaran-berbasis-daring-e-learning-dalam-pandangan-siswa/. (senin, 10 Agustus 2020).
Suciati. (1994). Teori Motivasi dan penerapannya dalam proses belajar-mengajar (ARCS-Model). Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti, PPAI-PAU Universitas Terbuka